Ini merupakan catatan secangkir kopi lainnya. Lebih tepat lagi, kopi dingin yang sudah hampir habis. Tak seperti dinamika politik kita yang tak akan pernah habis, saya kira.

Sebelum lebih jauh, mari sedikit bernostalgia pada kurun waktu enam belas tahun yang lalu. Waktu itu, jala republik ini digetarkan oleh bola yang ditendang oleh para mahasiswa, aktivis revolusi. Bagaimana gairah terbebas daripada belenggu penyanderaan politik begitu membara. Sampai pada akhirnya, jala terbakar oleh bola api yang berkobar.

Cita-cita pada waktu itu cukup sederhana. Hanya butuh perubahan, istilahnya reformasi. Ya.. reformasi politik lah, reformasi ekonomi lah. Sebagaimana yang ditulis Bapak Reformasi, Amin Rais, bahwa semangat kami tak akan pernah padam. Hal itu ditulisnya, dalam Ini Adalah Skenario dari Allah.

Kini, alih-alih lebih baik, semangat reformasi malah terasa menjadi hambar. Pengusungan nilai-nilai kebebasan terlalu kebablasan. Tak ada bentuk pengawasan yang nyata daripada pengais suara bangsa ini. Keterbukaan menjadi tabu. Akhirnya penyelewengan wewenang terjadi dimana-mana.

Bila boleh berandai-andai, Indonesia masih belum pantas untuk terbebas dari jeratan keterkerdilan di masa orde baru. Bangsanya masih perlu dipapah untuk sekedar berjalan. Belum terlihat yang namanya kemandirian berpikir untuk menjauhkan diri dari kepentingan pribadi atau segelintir orang.

Benar sekali apa yang dikatakan saudara saya di sebelah sana. Bahwa alat perang kini bukanlah senjata berisi peluru, tapi media massa. Masing-masing individu atau kelompok, bukannya membangun kebersamaan, malah berperang.

Pilu ketika melihat bagaimana kecenderungan berpikir masyarakat ini dipermainkan oleh orang-orang di balik senjata itu. Bagaimana opini publik dilempar ke sana kemari tanpa perasaan bersalah.

Tapi kini bukanlah saatnya untuk merenungi kesalahan. Sudah cukup terlalu lama kita merenung di kedalaman realita. Sekarang adalah saatnya untuk memperbaiki kesalahan. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki hal-hal yang belum baik. Cahaya reformasi masih berpendar di ujung ruang gelap ini.

***