Malam yang begitu indah
Cahaya dunia terpancar dalam eloknya siaran layar kaca
Ku biarkan mereka berbicara dalam dunianya yang kubisukan

Sedangkan di tempatku menempa diri,
Lampu neon hingar bingar melihatku
Aku menyadarinya tak kunjung padam sejak senja pun belum tiba
Sepertinya ia memang sangat kelihatan bahagia
Aku yang beberapa waktu ini berkelana di negeri antah berantah,
Kini tampak duduk di serambi masjid
Mengulurkan kedua kakinya
Mengirimkan akalnya ke negeri Orphalase, negerinya sang Mustafa
Lalu menyimpan jiwanya di Tanah Haram

Alas ini
Yang setiap malam merindukan kehangatanku
Jika aku mampu berbicara padanya,
Akan kukatakan,
Kau terlalu hangat untuk kutiduri
Pelukmu selalu membuatku lupa segalanya

Bahkan buku catatan ini,
Yang sudah berbulan-bulan kurobek kertasnya dan kubuat mainan kertas,
Kini kupakai dengan semestinya
Aku mulai kembali menggunakannya sebagai buku catatan
Tempat menulis,
Dan tempat dimana aku mengambil makanan, minuman untuk akal dan jiwaku

Kini aku bersujud pada Allah,

Atas pengembaraanku di negeri antah berantah