Dulu, 1991, Jalaluddin Rakhmat dalam Islam Aktual, pernah menduga bahwasanya akan muncul banyak nama yang diberikan pada masyarakat yang akan datang: pascaindustri, teknetonik, informasi, dan pascamodern. Apa pun namanya, masyarakat yang akan datang ditandai dengan teknologi komunikasi.

Saya kira, dugaannya memang terjadi. Kini, masyarakat telah masuk pada zaman era dunia ketiga –meminjam istilah Jalaluddin Rakhmat- setelah era pertanian, era industri dan sekarang, era informasi. Berbagai teknologi komunikasi sudah merambat masuk ke rumah-rumah milik masyarakat dalam kategori apa pun. Kehadiran televisi, radio, telepon, handphone, internet dan lain-lain sudah menjadi barang yang tidak tabu lagi bagi sebagian besar masyarakat.

Sudah berang tentu, teknologi komunikasi –terutama media- tersebut sangat membantu pihak penyelenggara program untuk ‘menjual’ apa yang ‘diproduksinya’. Coba kita lihat, sudah banyak kegiatan-kegiatan sosial yang diselenggarakan lembaga tertentu, ‘sell-values’-nya meningkat di masyarakat.

Rasanya akan sangat baik, jika Pondok Pesantren Darussalam menggunakan jasa media untuk meningkatkan ‘sell-values’-nya di masyarakat. Betapa tidak, kehadiran media inilah yang membuat masyarakat pascamodern lebih maju.

Namun, meningkatkan ‘sell-values’ di sini, jangan diartikan sebagai langkah komersil untuk menjual Darussalam. Bagaimana pun Pondok Pesantren ini tdak bisa dijual dan diganti dengan materi yang tak seberapa. Nilai-nilai yang terdapat pada segala unsurnya di pesantren ini adalah sebuah hal yang tak ternilai. Dan saya tak mampu mengungkapkan nilai-nilai itu, karena keistimewaanya, terutama bagi seluruh masyarakat Darussalam baik para alumninya.

Kembali lagi  pada pembahasan sebelumnya, bahwa peningkatan ‘sell-values’ di sini berarti langkah untuk memasyarakatkan Darussalam, sehingga kehadiran pesantren ini menjadi lebih besar di masyarakat. Nah, dengan menggunakan pendekatan media lah -sebagai alat yang paling manjur memasyarakatkan sesuatu- harumnya Darussalam dapat dicium oleh masyarakat yang lebih luas lagi.

Keberhasilan Pesantren Darussalam membentuk insan-insan yang kompeten –terutama pada bidang komunikasi- seperti para alumninya, akan menjadikan langkah-langkah ini semakin mudah untuk ‘mengabarkan’ Darussalam di masyarakat luas. Karena ada sebuah ungkapan, “Sebuah almamater, besar karena para alumninya.”

Media yang dimaksud, dapat berupa apa saja. Apakah itu media cetak, media elektronik, bahkan media sosial. Karena tiap media mempunyai peran dan ukuran penyebaran, yang masing-masingnya berbeda seiring dengan kelebihan dan kekurangannya.

Saya kira, peran media cetak sudah ikut andil dalam mengharumkan nama Darussalam sejak waktu yang sudah lama. Dapat kita ketahui, misalnya, hampir setiap kegiatan besar yang digelar di Darussalam telah menghiasi media cetak sehari setelah pelaksanaannya. Terlepas apakah itu publikasinya sekadar di harian cetak lokal-daerah. Namun, perannya sudah dirasakan sejak dulu.

Begitu pun media sosial. Media ini selalu menjadi alat yang sangat ampuh untuk mengharumkan bahkan mengotori sebuah nama. Seorang alumni pesantren Darussalam yang ikut berbakti pada lingkungan sosial di kampung halamannya, adalah salah satu contoh kecil. Dengan aktivitasnya itu, ia mendapat penghargaan dari masyarakat. Lalu mereka pasti bertanya-tanya, dari mana anak itu berasal, dari Darussalam, kata yang lain. Apalagi ketika, misalnya, para alumninya ikut berkecimpung di lingkungan yang lebih luas lagi. Itu dapat di kampus, pemerintahan, perdagangan, dan banyak lagi.

Namun, yang sampai saat ini saya anggap perannya belum terlihat, yaitu peran media elektronik. Media inilah yang menjadi ciri khas masyarakat masa kini. Media yang dapat membuat kita berada di ruang yang berbeda dalam waktu yang sama. Media yang mampu menjadikan Barrack Obama menjadi seorang Presiden Amerika Serikat, juga media yang mampu menurunkan Husni Mubarak turun dari jabatannya sebagai Presiden Mesir.

Mungkin, masih terlalu jauh untuk ‘memasukkan’ Darussalam ke media sebesar televisi. Untuk saat ini, cukuplah menggunakan media internet terlebih dahulu. Internet adalah dunia kedua yang dimiliki umat manusia. Penyebaran informasi dari satu tempat ke tempat yang lain, juga dari satu waktu ke waktu yang lain menjadi lebih cepat. Media inilah yang penggunaannya begitu simpel namun kegunaannya begitu besar.

Ambil saja media jejaring sosial sebagai contoh. Facebook, Twitter, Youtube, dan Blog adalah nama-nama yang tak asing bagi masyarakat kini sebagai teman sehari-hari. Jika kita sebagai alumni Darussalam memanfaatkannya sebaik-baiknya, bukan tidak mungkin nama Pondok Pesantren Darussalam Ciamis akan dikenal di seluruh pelosok dunia. Tak perlu susah-susah, tulis saja beberapa kenangan indah atau ilmu yang didapatkan dalam beberapa paragraf saja. Ketik, lalu share di Facebook. Sudah, berarti satu informasi tentang Darussalam telah dapat diakses di seluruh dunia. Atau, buat sebuah video dokumenter tentang Darussalam, lalu upload di Youtube, dan video itu dapat dilihat orang di mana saja.

Saya kira, sesimpel itu saja. Yang jadi masalah, apakah kita siap. Apakah kita, sebagai alumni Darussalam, bangga terhadapnya dan mau merekomendasikannya ke dunia yang lebih luas. Ini hanya berada pada tataran pribadi masing-masing alumninya saja yang mau atau tidak membumikan Darussalam pada dunia.utama bagi seluruh