Kyai di pondok saya dulu, Allah yarham K.H. Irfan Hielmy pernah berpesan, "Anak-anakku, tetaplah berpijak di atas bumi meski tanganmu tak berhenti berusaha meraih bintang di langit." Wejangan ini tak henti-hentinya terngiang dalam benak saya selama ini. Nasihat seorang sosok kharismatik nan lemah lembut. Sebuah pesan yang membuat saya terjatuh dalam renungan, bahwa kerendahhatian adalah sebuah pijakan kuat dalam mengawali dan mengiringi langkah kita untuk terus maju.

Maju adalah harga mati seseorang. Jika ia diam saja, ia akan tergilas waktu. Waktu itu terus berjalan. Waktu tak memiliki perasaan untuk menunggu seorang yang diam. Ia takkan berhenti melaju hingga saatnya dihentikan oleh Sang Maha Kuasa. Ada yang mengibaratkannya dengan uang. Kau biarkan waktu berlalu di depanmu, maka kau kehilangan rezeki. Adapula yang menggambarkannya dengan pedang. Jika kau tetap diam, maka kau mati dalam tebasannya. 

Maju untuk menggapai langit. Lalu memetik bintang-bintang gemerlap. Itulah awalan niat saya dalam mempublikasikan goresan-goresan tinta abstrak ini. Yang tak lain berharap mampu menjadi bintang yang cahayanya menyelasarkan jiwa pada sebuah kerendahdirian serta menempatkan qalbu tepat di samping-Nya. Bintang yang menjadikan diri kita sebagai makhluk yang kecil, abal-abal, dan tak berdaya. Yang tak punya kuasa untuk berbesar hati atas apa yang dimiliki.

Bila secercah isi hati dalam media ini mampu menyentuh hati dan menggugah akal para pembaca, semoga Allah Swt. meridhai langkah ini sebagai jalan dakwah. Sebuah keberhasilan dalam setiap langkah akan menjadi hampa bila disertai rasa tinggi hati. Teruslah melangkah, lalu gapai bintang di langit, namun kaki tetap berpijak.