Di kamar ini
Tikus-tikus menemaniku tiap malamnya
Sambil sesekali berlalu lalang dalam sorotan mataku
Yang mewakili kelemahan tubuhku yang lainnya
Sepertinya mereka sudah menganggapku saudara
Karena mereka tak menyapaku
Juga tak merasa takut akan kehadiranku

Di kamar ini
Kurebahkan tubuhku yang lemah
Kurekatkan lagi sendi-sendi tulang yang melonggar
Setelah melewati hiruk pikuk kehidupan di luar pintu kamar ini

Di kamar ini
Kudengar telingaku berteriak-teriak
Mereka sudah tak tahan akan suara detak jam dinding pada tiap detiknya
Jengah mendengar suara adzan yang tak dihiraukan lagi
Dimabuk alunan musik rock, reggae, melayu, pop, bahkan dangdut
Serta bosan dengan nada pesan juga dering telepon genggam
Malah kesal dengan nyanyian mulut kepala sendiri

Di kamar ini
Buku-buku menatapku dengan penuh kebencian
Mereka tersusun, namun tak tersentuh
Bahkan, empat buku besar menjelma laiknya meja laptop

Di kamar ini
Aku tak pernah merasakan mata yang segar
Kain hijau menghalangi jalannya masuk sinar mentari
Paling-paling hanya melalui ventilasi minimalis
Kemeja, kaos, celana jeans, dan jaket tergantung pada paku yang tak berdiri rapih
Malah sempat kulihat sebuah celana dalam terdampar di ubin kamar ini
Itu entah milik siapa?
Aku tak tahu dan tak ingin ada yang tahu

Di kamar ini
Lilitan kabel-kabel listrik yang tak indah menjadi ranjau utama
Kalau tidak tersandung ya tersengat
Di kamar ini
Ku habiskan waktuku untuk berkontemplasi
Mengosongkan pikiran yang sesak dengan kehidupan kampus
Terbang di alam yang tak terbatas
Dan memenuhinya dengan gagasan multidimensi
Lalu kuluapkan dalam sentuhan kegembiraan

Di kamar ini
Aku menari-nari dalam delta
Menyibakkan segala keresahan yang selalu membuntuti
Menghindari kesibukan dunia yang fana
Meresapi gairah-gairah yang tak pernah tersentuh
Untuk mencapai ketenangan yang sejati

Di kamar ini
Aku bercinta dengan Tuhan
Yang memberiku segalanya