Saya kira, dugaannya memang terjadi. Kini, masyarakat telah masuk
pada zaman era dunia ketiga –meminjam istilah Jalaluddin Rakhmat- setelah era
pertanian, era industri dan sekarang, era informasi. Berbagai teknologi
komunikasi sudah merambat masuk ke rumah-rumah milik masyarakat dalam kategori
apa pun. Kehadiran televisi, radio,
telepon, handphone, internet dan lain-lain sudah menjadi barang yang tidak tabu
lagi bagi sebagian besar masyarakat.
Sudah berang tentu, teknologi komunikasi –terutama media- tersebut
sangat membantu pihak penyelenggara program untuk ‘menjual’ apa yang
‘diproduksinya’. Coba kita lihat, sudah banyak kegiatan-kegiatan sosial yang
diselenggarakan lembaga tertentu, ‘sell-values’-nya meningkat di
masyarakat.
Rasanya akan sangat baik, jika Pondok Pesantren Darussalam
menggunakan jasa media untuk meningkatkan ‘sell-values’-nya di
masyarakat. Betapa tidak, kehadiran media inilah yang membuat masyarakat
pascamodern lebih maju.
Namun, meningkatkan ‘sell-values’ di sini, jangan diartikan
sebagai langkah komersil untuk menjual Darussalam. Bagaimana pun Pondok
Pesantren ini tdak bisa dijual dan
diganti dengan materi yang tak seberapa. Nilai-nilai yang terdapat pada segala
unsurnya di pesantren ini adalah sebuah hal yang tak ternilai. Dan saya tak
mampu mengungkapkan nilai-nilai itu, karena keistimewaanya, terutama bagi
seluruh masyarakat Darussalam baik para alumninya.
Kembali lagi pada pembahasan
sebelumnya, bahwa peningkatan ‘sell-values’ di sini berarti langkah
untuk memasyarakatkan Darussalam, sehingga kehadiran pesantren ini menjadi
lebih besar di masyarakat. Nah, dengan menggunakan pendekatan media lah
-sebagai alat yang paling manjur memasyarakatkan sesuatu- harumnya Darussalam
dapat dicium oleh masyarakat yang lebih luas lagi.
Keberhasilan Pesantren Darussalam membentuk
insan-insan yang kompeten –terutama pada bidang komunikasi- seperti para
alumninya, akan menjadikan langkah-langkah ini semakin mudah untuk
‘mengabarkan’ Darussalam di masyarakat luas. Karena ada sebuah ungkapan,
“Sebuah almamater, besar karena para alumninya.”
Media yang dimaksud, dapat berupa apa saja. Apakah itu media
cetak, media elektronik, bahkan media sosial. Karena tiap media mempunyai peran
dan ukuran penyebaran, yang masing-masingnya berbeda seiring dengan kelebihan
dan kekurangannya.
Saya kira, peran media cetak sudah ikut andil dalam mengharumkan
nama Darussalam sejak waktu yang sudah lama. Dapat kita ketahui, misalnya,
hampir setiap kegiatan besar yang digelar di Darussalam telah menghiasi media
cetak sehari setelah pelaksanaannya. Terlepas apakah itu publikasinya sekadar di
harian cetak lokal-daerah. Namun, perannya sudah dirasakan sejak dulu.
Begitu pun media sosial. Media ini selalu menjadi alat yang
sangat ampuh untuk mengharumkan bahkan mengotori sebuah nama. Seorang alumni
pesantren Darussalam yang ikut berbakti pada lingkungan sosial di kampung
halamannya, adalah salah satu contoh kecil. Dengan aktivitasnya itu, ia mendapat
penghargaan dari masyarakat. Lalu mereka pasti bertanya-tanya, dari mana anak
itu berasal, dari Darussalam, kata yang lain. Apalagi ketika, misalnya, para
alumninya ikut berkecimpung di lingkungan yang lebih luas lagi. Itu dapat di
kampus, pemerintahan, perdagangan, dan banyak lagi.
Namun, yang sampai saat ini saya anggap perannya belum
terlihat, yaitu peran media elektronik. Media inilah yang menjadi ciri khas
masyarakat masa kini. Media yang dapat membuat kita berada di ruang yang
berbeda dalam waktu yang sama. Media yang mampu menjadikan Barrack Obama
menjadi seorang Presiden Amerika Serikat, juga media yang mampu menurunkan
Husni Mubarak turun dari jabatannya sebagai Presiden Mesir.
Mungkin, masih terlalu jauh untuk ‘memasukkan’ Darussalam
ke media sebesar televisi. Untuk saat ini, cukuplah menggunakan media internet
terlebih dahulu. Internet adalah dunia kedua yang dimiliki umat manusia. Penyebaran
informasi dari satu tempat ke tempat yang lain, juga dari satu waktu ke waktu
yang lain menjadi lebih cepat. Media inilah yang penggunaannya begitu simpel
namun kegunaannya begitu besar.
Ambil saja media jejaring sosial sebagai contoh.
Facebook, Twitter, Youtube, dan Blog adalah nama-nama yang tak asing bagi
masyarakat kini sebagai teman sehari-hari. Jika kita sebagai alumni Darussalam
memanfaatkannya sebaik-baiknya, bukan tidak mungkin nama Pondok Pesantren
Darussalam Ciamis akan dikenal di seluruh pelosok dunia. Tak perlu susah-susah,
tulis saja beberapa kenangan indah atau ilmu yang didapatkan dalam beberapa
paragraf saja. Ketik, lalu share di
Facebook. Sudah, berarti satu informasi tentang Darussalam telah dapat diakses
di seluruh dunia. Atau, buat sebuah video dokumenter tentang Darussalam, lalu upload di Youtube, dan video itu dapat
dilihat orang di mana saja.
Saya kira, sesimpel itu saja. Yang jadi masalah, apakah
kita siap. Apakah kita, sebagai alumni Darussalam, bangga terhadapnya dan mau
merekomendasikannya ke dunia yang lebih luas. Ini hanya berada pada tataran pribadi
masing-masing alumninya saja yang mau atau tidak membumikan Darussalam pada
dunia.utama
bagi seluruh
0 komentar:
Posting Komentar